Berjalan 'ku diatas waktu
Meniti kisah pelik diatas pilu
Datang sosok dirimu
Menendang semua seteru
Kamu warna
Mengusik gelak yg tersimpan lama
Kita adalah suka dan duka yang aku hirup
Aku hidup
Mata cokelatmu adalah terang untuk gelap
Membunuh pekat
Mengusir buta
Tanpa mengucap kata
Dua puluh tiga
Kita menatap sunyi
Dan tangan diikat jemari
Membasuh kering dalam hati
Dua puluh tiga
Mengirim barang aku tak tega
Menyebar kata tak 'kan sempurna
Mengingat kamu satu-satunya si pambasmi durja
Ini hanya sekedar kain tebal biru
Mungkin bisa membantu
Kala dingin membeku
Kuharap dapat memicu hangat kasih dan kisah di ingat 'mu
Walau tak cukup, berusaha 'ku
Dua puluh tiga untukmu
Dalam doa, namamu sebut 'ku
Semoga semua indah bagimu
Mot Mot
Jakarta, 23 Febuari 2017
Maybe you know me, but you only know what i want you to know. Ini adalah sajakku!
Who I Am?
February 23, 2017
February 21, 2017
Sajak dan Puisi: Mati yang Masih Hidup
Aku
berjalan entah kemana
Di
persimpangan aku bertanya
Pijakan
melemah lelah berkelana
Menanti
jawab yang tak ada tanya
Bilamana
pekat menghampiri
Duduk
aku menatap sunyi
Menanti
jangkrik mengadu kaki
Dengan
setangkuk hati mencoba berdiri
AAAAAAA
PENAT!
Sumpah
aku penat
Menahan
mulut yang ingin mengumpat
Kala
lubang hati tak bisa merapat
Bertahan
ku tak sanggup
Mati
aku, senyummu direnggut terlihat sayup
Berlari
aku sekarang kuyup
Inilah mati yang
masih hidup
-Mot Mot-
Jakarta, 21 Febuari 2017
Kopitalisme
Labels:
cinta,
hati,
hidup,
hubungan,
kata,
lubang hati,
luka,
mati,
mati yang masih hidup,
perasaan,
perjalanan,
permainan kata,
puisi,
puisi cinta,
puisi romantis,
puisi sedih,
sajak
February 19, 2017
Sajak dan Puisi: Ruang Khayal
Aku
hanya berkhayal
Memang
indah
Tapi
kenyataan hanyalah bualan
Tak
seindah khayalan, namun aku bukan guyonan!
Aku
ingin membangun cerita
Tapi
kamu tak suka membaca
Hatimu
memang selalu menutup
Tetapi
bersamamu aku merasa hidup
Orang
bilang cinta itu buta
Tapi
mengapa bersamamu hariku lebih bewarna?
Orang
bilang aku itu bodoh
Tapi
kalau itu bisa membuatku disampingmu, aku rela seumur hidup menjadi orang bodoh
Tak
bisakah sekali saja aku merasa tenang?
Tanpa
dihantui oleh kenang
Kamu
telah membuat rumah didalam mahar kepalaku
Aku
harus siap mengadu dengan rindu
Ini
memang sepenuhnya kesalahanku
Ini
memang sudah resikoku
Resiko
memberikan satu-satunya potongan hati
Untuk
perempuan yang mudah sekali melangkah pergi
-Mot Mot-
Jakarta, 19 Febuari 2017
Labels:
cinta,
hati,
hubungan,
lubang hati,
luka,
perasaan,
permainan kata,
puisi,
puisi cinta,
puisi rindu,
puisi romantis,
puisi sedih,
rindu,
romantis,
ruang kenang,
ruang khayal,
sajak,
sakit hati,
wanita
Location:
Jakarta, Indonesia
Sajak dan Puisi: Minggu Kelabu
Siang ini mentari tak berani
memamerkan sinarnya
Awan hitam pekat merajalela diatas
sana
Hingar bingar perkotaan terasa
sunyi
Hanya suara hujan membasahi
telinga
Garis-garis biru menghiasi langit
Gemuruh langit memarahi isi bumi
Baru 1 jam yang lalu matahari
unjuk gigi
Sekejap berubah menjadi gelap
Mulai turun riak-riak air
Dan tak lama kembali berubah
menjadi jutaan butiran air menghantam bumi seperti pisau yang belum diasah
Angin menyapu debu-debu dijalan
dengan keganasan
Tergambarlah sudah cuaca siang ini
yang tanpa sengaja menggambarkan pula isi hati ini
Tidak menentu
Kadang senang, kadang pilu
Risau lebih tepatnya
Sudah berbui mulut ini mengatakan
“aku mencintaimu”
Mungkin kau pun bosan mendengarnya
Perasaanku tidaklah seperti cuaca
yang mudah berubah
Tidaklah hitam seperti awan siang
ini
Perasaanku galak seperti gemuruh
Dan ganas seperti angin siang ini
Namun aku juga bisa menjadi
matahari yang menghangatkan
Tataplah aku dengan tajam
Maka kau akan tau makna hatiku
Peluklah aku dengan kuat
Maka kau akan tau kerinduanku
Dan buatlah aku marah
Maka kau akan tau kasih sayangku
Tetapi jangan sekalipun kau buat
aku sedih
Perih rasa hati tercabik pisau
tatapanmu
Dan cuaca siang ini tak akan lagi
mampu menggambarkan betapa kelabunya diriku
-Mot Mot-
Jakarta, 19 Febuari 2017
Labels:
cinta,
hati,
hubungan,
kata,
lubang hati,
luka,
matahari,
Mentari,
minggu kelabu,
puisi,
puisi cinta,
puisi rindu,
puisi romantis,
puisi sedih,
rindu,
ruang khayal,
sajak,
wanita
Location:
Jakarta, Indonesia
February 15, 2017
Sajak dan Puisi: Kala Kita Masih "Kita"
6 jam perjalanan menuju laut
Tepat di hari
istimewamu
Kamu lesapkan hari
bersamaku
Hari itu adalah suka
Kala kita masih
"kita"
Berjalan perlahan
diatas butiran pasir
Bayang tawamu masih
melengkung di dalam perang
Tingkah manjamu masih
menghias kenang
Kala kita masih
"kita"
Kita memintas jalan
diatas karang
Memotret kisah
Mengabadikan memori
Maaf aku sedang
mencumbu bayang
Karena hari itu tak
bisa dibuang
Kita bersimpuh menanti
laut memakan matahari
Dan tangan kita
terikat jari
Oh... indahnya Tanjung
Lesung
Menyaksikan lembayung
menusuk relung
Bersama kamu si
pengusir murung
Itu kala kita masih
"kita"
Hingga gelap turun
membunuh terang
Masuklah aku dalam
ruang kenang
Teringat kala kita
masih "kita"
Teringat hari adalah
suka sebelum duka
Hari saat 3 buah apel
menjadi saksi
Sebelum gelap laut
menyuruh pergi
Dan kau mulai menjauh
berlari
Meninggalkan lautan
mimpi
-Mot Mot-
Jakarta, 15 Febuari
2017, 23.01
Labels:
cinta,
hati,
langit,
laut,
perasaan,
puisi,
puisi cinta,
puisi rindu,
puisi romantis,
puisi sedih,
rindu,
ruang kenang,
ruang khayal,
sajak
Location:
Jakarta, Indonesia
February 14, 2017
Sajak dan Puisi: Saat Diam Telah Mengeluarkan Kata
Kata adalah permainan
Namun butuh keberanian
Juga butuh kepintaran
Untuk mempermainkannya
Kata itu layak belati dalam sarung
Saat keluar dari sarungnya ia siap
menghujam!
Entah lawanmu (?)
Bisa juga dirimu
Hati-hati dengan kata!
Karena kata yang telah keluar tak
pernah berhati-hati
Jangan lukai lawanmu
Jangan juga mengarahkan ke tubuh
sendiri
Jangan biarkan lidahmu memenggal
lehermu
Jangan pula menyayat dada lawanmu
Biarkanlah mengalir dengan
ketulusan
Biarkanlah keluar dengan
keikhlasan
Seperti caraku mencintaimu
Yang tak bisa terucap oleh kata
Seperti mataku memandangmu
Layak terang untuk gelap yang
mengusir buta
Mentari tak pernah ingkar pada
bulan
Walau banyak kata yang tak sempat
diucapkan
Mata cokelatmu pasti tau maksud
aku berdiri diam
Karena aku mengukir kata! Karena
aku merangkai sajak dalam diam
-Mot Mot-
Jakarta, 14 Febuari 2017
February 5, 2017
Sajak dan Puisi: Ajari Aku Ayah!
Hidup itu keras
Tapi kuyakin tak sekeras berlian
Cinta itu bangsat
Tapi kuyakin tak sebangsat kelinci
Hari ini aku masih berkutat dengan
ilusi di kepala
Masih berkutat dengan kekelaman
dalam hati
Pulang!? Tapi aku merasa belum di
rumah
Pergi!? Tapi kakiku terpaku tak
bisa melanglang buana
Ayah! Mohon ajari aku
Ajari aku cara berpadu dengan
gelap tanpa harus lenyap
Ajari aku merengkuh syahdu tanpa
harus terbelenggu
Ayah, bangunkan aku! Bangunkan aku
dari mimpi tanpa berilusi
Ajari aku ayah!
Aku hanya ingin HIDUP!
-Mot Mot-
Jakarta, 5 Febuari 2017
Labels:
ayah,
cinta,
hati,
lubang hati,
luka,
pejuang cinta,
perasaan,
puisi,
puisi romantis,
puisi sedih,
ruang kenang,
ruang khayal,
sajak,
sakit hati,
wanita
Location:
Jakarta, Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)