Kita bagai setangkai pulpen dan
sekuntum kertas kosong
Kamu pulpennya
Aku tentu sisanya
Kertas kosong
Aku butuh kamu untuk merias
sisi-sisi kosong ini
Sedangkan kamu... Kamu independen!
Kamu mampu menjadikan media apapun
sebagai wadah
Iya wadah! Wadah untuk meruahkan
hasrat tintamu
Aku pun menjadi predisposisimu
Kamu lantunkan kata bermajas elok
nan mentereng
Kamu goreskan potret memori tak
terlupakan
Apapun itu sepenuhnya kuasamu!
Aku? Aku hanya berkewajiban untuk berdiam beralamat
Tapi kamu jangan lupa sayaaang...
Kamu tidak boleh lupa kalau kamu
itu pulpen
Sedangkan aku... Aku tak lebih
dari secarik kertas kosong
Kertas kosong yang tak berdaya
layaknya korban perang
Kamu memang mampu merasuki sisiku
dengan bait elok
Dengan landscape beriklim romantis
Namun kamu juga bisa mengisi
kertas kosong ini dengan coretan benang kusut
Dengan paragraf yang mengebiri
hati
Aku tau tipe-x akan menjadi
pahlawan
Tetapi ia akan tetap berdiri
diatas bayang-bayang tintamu
Tintamu ituuu permanen! Akan
selalu membuat jejak
Akan selalu menabuh rindu
Kamu memang mampu merasuki sisiku
dengan bait elok dan landscape beriklim romantis
Terserah! Gaya artistik apa yang
ingin kamu torehkan di sekujur badanku dengan berani
Tetapi beranikah kamu?
Beranikah kamu tetap berkarya,
meski tak ada lagi sudut kosong di tubuhku?
Kamu itu pulpen dan aku hanya
kertas kosong!
Kamu tinggal menutup moncong
pulpenmu setelah selesai dan puas
Sedangkan aku... Aku harus tetap
berdiri tegar!
Tetap berdiri tegar, walau aku
harus berjibaku dengan rindu kala sedang menggebu akan goresanmu
-Mot Mot-
Jakarta, 16 Januari 2017